Bukan rahasia lagi jika pasar dalam negeri dikuasai oleh barang-barang impor. Hampir semua barang kebutuhan masyarakat didatangkan dari negara lain.
Ancaman makin besarnya gelombang arus barang impor ke dalam negeri semakin membayangi seiring dengan makin terhubungnya ekonomi regional dan global. Perjanjian perdagangan bebas bakal menjadi pintu masuk bagi barang-barang impor untuk menguasai pasar dalam negeri.
Tidak heran jika banyak produk asing yang berbondong-bondong rela antre untuk masuk pasar Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang besar dan tingkat konsumsi yang tinggi, pasar Indonesia menjadi incaran bagi setiap produk asing. terlebih kelas menengah di Indonesia, tumbuh cukup cepat.
Tapi, apakah produk lokal harus kalah dari produk asing di kandang sendiri? Produk lokal harus bisa menguasai pasar dalam negeri. Jika tidak, maka akan besar peluang produk asing untuk memanfaatkannya.
Tidak ada jalan lain selain menggali potensi kekuatan produk dalam negeri. Minimal agar produk lokal bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri. Bukan menjadi penonton atau pelengkap produk asing yang membanjiri pasar dalam negeri.
Tantangan ini tidak hanya ditujukan untuk produk dari perusahaan swasta, tapi juga produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan BUMN. Beberapa perusahaan BUMN berambisi menjadi juara dan raja di pasar dalam negeri.
Apa saja produk pelat merah yang disiapkan dan diyakini bakal jadi raja di dalam negeri? Berikut beberapa produk dari perusahaan BUMN yang digadang-gadang siap bersaing dengan produk asing.
1. Daging
Dalam waktu dekat, Raja Daging bakal masuk ke pasaran. Kehadirannya diyakini bakal menjadi kekuatan penyeimbang bisnis jual beli daging di dalam negeri yang selama ini lebih banyak menguntungkan importir.
Daging murah dalam kemasan ini dihasilkan oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dijual dengan harga Rp 70.000 per kg, jauh di bawah harga daging impor yang saat menjadi penguasa pasar Indonesia.
Daging pelat merah tersebut secara tidak langsung menyatakan diri sebagai kekuatan penyeimbang lantaran menawarkan harga jauh lebih murah dibanding harga daging di pasaran saat ini. Genderang perang persaingan bisnis daging dengan importir telah ditabuh oleh perusahaan BUMN.
2. Gula
Tidak hanya daging, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) luncurkan produk gula ritel dengan nama Raja Gula. Produk gula ritel ini optimis dapat bersaing dengan gula ritel lainnya.
Kondisi riil pasar gula nasional menjadi tantangan bagi BUMN untuk terus melakukan revitalisasi pabriknya. Tahun ini, RNI akan memperbesar pangsa pasar penjualan gula dalam bentuk sachet dan kiloan. Dalam pemasarannya, RNI telah bekerja sama dengan Alfamart dan Giant.
3. Kondom
Produk perusahaan BUMN lainnya yang digadang-gadang bakal bersaing dengan produk lain adalah kondom. Kondom pelat merah ini diproduksi oleh anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yakni Mitra Rajawali Banjaran (MRB).
MRB menjajaki kerja sama dengan PT Batan Teknologi (Batan Tekno) dalam penggunaan radioisotop untuk sterilisasi kondom.
Radioisotop adalah salah satu hasil produk pengayaan uranium Batan Tekno yang juga bisa digunakan untuk mengawetkan kondom.
RNI mengklaim, kondom yang telah diproduksi melalui radioistop akan lebih steril dan tahan lama. Selama ini, kondom buatan RNI hanya bertahan 5 tahun dan setelah pakai radioisotop ini kondom tersebut akan bertahan selama 10 tahun.
Kondom yang telah steril tersebut diyakini akan mampu bersaing tidak hanya di pasar dalam negeri tapi juga di pasar internasional.
4. Semen
PT Semen Indonesia (persero) mengaku telah siap bersaing dengan produk semen negara lain dalam Asean Economic Community (AEC) pada 2015 nanti. Perseroan juga telah melakukan berbagai persiapan. Di antaranya melakukan penyebaran pabrik di lokasi yang strategis dalam menghadapi era pasar bebas Asia Tenggara itu.
Salah satu contoh penyebaran pabrik yang telah dilakukan adalah dengan membangun pabrik di negara yang dianggap strategis yaitu Myanmar dan Vietnam.
5. Teh putih
pada April lalu, PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) memperkenalkan produk teh putih (white tea) ke masyarakat Indonesia. Teh ini diklaim berkualitas ekspor.
Teh putih ini juga diyakini bakal jadi lawan dari produk teh negara lainnya seperti Jepang dan China.
Produksi teh putih akan dilakukan PT Rajawali Nusantra Indonesia (RNI) dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN 1). Sementara RPN sendiri akan memasok bibitnya. (Merdeka)
0 komentar:
Posting Komentar